Rabu, 05 Januari 2011

Ibu...
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu
Karya :Suroya "roy"



Berikut adalah foto ayah dan ibu saya : 


















i love my parents... :*


" Matahari - matahari "
(karya : Mochtar Lubis)

Engkau yang tiap hari 
menyinari bumi kami
dan mengatur siang dan malam kami
Engkau bersinar pada saat ini
ketika kami berkumpul mencari

apa yang harus kami lakukan
untuk masa kini dan masa depan
bangsa Indonesia, anak-anak kami,
anak-anak cucu kami dan cucu-cucu mereka
sinarilah hati kami dan pikiran kami

agar menjadi terang benderang
hingga kami dapat melakukan
yang perlu kami lakukan
agar generasi sesudah kami, anak-anak dan cucu-cucu kami
dapat meneruskan langkah bangsa kami
ke masa depan yang sudah menunggu di balik pintu waktu

Ya Tuhan ampunilah dosa-dosa kami
" Potret Tukang Sampah "
(karya : Eka Budianta)

Dengan perut lapar dan harapan kosong 
Aku menelanmu Jakarta
kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
onggokan sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu

Tuhan, jangan beri aku uang
baunya lebih kecut ketimbang sampahku
mendingan di bayang-bayang pohon mangga
aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
untukmu Jakarta
untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
dan pedagang kaki lima

Jakarta, seribu tahum genap sudah
Engkau masih compang-camping, luka-luka
tangis bayi dan jerit wanita dimana-mana
bianglala di atas perkampungan 
bikin cinta terbakar dalam perut lapar
" Senja di Pelabuhan Kecil "
(karya : Cairil Anwar)

ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita 
tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut
menggembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. ada juga kelepak elang
menyinggug muram, desir hari lari berenang
menuju bujuk pangkal akanan. tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap
" Anak - Anak Indonesia "
(karya : Ahmadun Yosi Herfanda)

kehilangan ladang di kampung mereka
anak-anak Indonesia merangkak
di lorong-lorong gelap kota
berjejal mereka di gerbong-gerbong
kereta api senja
terimpit dalam bus-bus kota
menggelepar dalam gubuk-gubuk
tanpa jendela
anak-anak Indonesia, akan di giring 
ke manakah mereka

bagai berjuta bebek merekas bersuara
menyanyi lagu tanpa syair dan nada
sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia
berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan
tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
yang selalu tertutup pintu-pintunya
dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
tapi lantas di buang ke daerah transmigrasi

terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan
dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel,
dan biro-biro ekspor tenaga kerja 
anak-anak Indonesia, akan di bawa ke manakah 
ketika bangku-bangku sekolahan bukan lagi dewa
yang bisa menolong nasib mereka?
"Perahu Layar"
(karya : Darmanto Jatman)

kembang layar kembang
sibak air, ukir wajah laut
kembang layar kembang
tabur angin, remangi langit

pada nelayan aku berteriak lantang :
ai abang, abang
pasang layar, abang, pasang layar
lalu hati meronta berdoa kepada Tuhan 

o Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat tabuhan ikan 
biar hati beriak menyusuri kehidupan

Lalu dengan alun aku pun menembang :
kembang layar kembang
laju ke ujung bumi, batas langit dan laut
"Tanah Kelahiran"
(karya : Ramadhan K.H)

Seruling di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohon pina,
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang - tangkubanprahu

Jamrut dipucuk-pucuk,
jamrut di air titpis menurun.

Membelit tanggga ditanah merah,
di kenal gadis-gadis dari bukit
nyanyian kentang sudah digali
kenakan kebaya ke pewayangan

jamrut di pucuk-pucuk 
jamrut dihati gadis menurun.


Senin, 03 Januari 2011

 "AYAH"
 Kau adalah orangtua ku
Kau rawat aku bersama ibu
Kasih sayang mu
Tak pernah runtuh untuk ku

                Aku adalah darah daging mu
                Di tubuhku
                Mengalir darah mu
                Sampai akhir hidup ku

Kau sekolahkan aku
Demi masa depan ku
Dukungan mu
Sungguh luar biasa untuk ku

                Kau bekerja
                Tanpa mengenal lelah
                Tetesan keringat mu
                Adalah pengorbanan mu untuk ku

Karya : Misbahun Nadhirin



Komentar :
saya sangat menyukai hasil karya dari : Misbahun Nadhirin...
Karna bagi saya Ayah adalah sesosok anugrah yang sangat berharga bagi saya..
Ayah,,, I love You. 
Berikut adalah foto ayahku tercinta :